"Kalau dunia terlalu berisik, kita tutup telinga kita sebentar saja".
Kalimat tersebut dituturkan oleh ibu Prani Siswoyo saat dirinya tengah menenangkan salah satu muridnya. Prani Siswoyo merupakan sosok yang dikenal dengan sebutan "guru legend" oleh para murid-muridnya karena ia menjabat sebagai guru BK (Bimbingan Konseling). Dalam membimbing murid-muridnya, Bu Prani selalu menerapkan teknik atau strategi yang dinamakan sebagai refleksi agar peserta didik dapat memahami kesalahannya dan mengambil nilai positif dari refleksi tersebut. Strategi refleksi tersebut juga diakui efektif oleh kepala sekolah.
Sekilas Tentang Film "Budi Pekerti"
![]() |
Poster Film "Budi Pekerti" (Foto: CXO Media) |
"Budi Pekerti" merupakan film yang digarap oleh sutradara Wregas Bhanuteja. Tak hanya menyutradari, ia juga menulis naskah dari film ini. Diproduksi oleh Rekata Studio dan Kaninga Pictures. Sebelum tayang di bioskop Indonesia, film ini telah ditayangkan pada Festival Film Internasional Toronto dan terpilih dalam beberapa festival lainnya
Tak hanya menunjukkan taringnya pada berbagai festival, "Budi Pekerti" diperankan oleh berbagai aktor dan aktris yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya. Pemeran dalam film ini, yaitu Sha Ine Febriyanti sebagai Prani Siswoyo, Dwi Sasono sebagai Didit Wibowo, Angga Aldi Yunanda sebagai Muklas Waseso, Prilly Latuconsina sebagai Tita Sulastri, dan masih banyak lagi.
Sinopsis
Film ini menceritakan tentang lika-liku perjuangan seorang guru BK bernama Prani Siswoyo dalam menghadapi kejahatan dunia maya dan internet yang mengancam karir serta keharmonisan keluarganya. Berawal dari suatu peristiwa di mana Bu Prani menegur seorang lelaki yang menyerobot antrean untuk membeli kue putu. Namun, lelaki tersebut menyangkalnya dengan berkata bohong hingga membuat Bu Prani naik pitam dan seperti "misuh-misuh". Selama perdebatan tersebut, banyak pengunjung yang melihat serta merekam dan memotret kejadian tersebut.
Tak disangka, video rekaman perdebatan Bu Prani dan lelaki tersebut tersebar dan menjadi viral di sosial media. Dibantu oleh kedua anaknya, Muklas dan Tita, mereka bekerja sama membuktikan bahwa rumor yang diberitakan oleh sosial media merupakan berita yang dibuat-buat dan dilebih-lebihkan. Namun, di tengah perjuangan tersebut muncul berbagai macam konflik lainnya dalam kehidupan Bu Prani dan mengancam karirnya sebagai guru BK. Tak hanya dirinya, keluarganya pun menjadi sasaran empuk dari kejahatan di sosial media.
Review Film "Budi Pekerti"
Film "Budi Pekerti" sangat membuat hatiku tergerak dengan melihat kerasnya perjuangan dan pengorbanan bagi seorang guru. Film ini memiliki penerapan dari ungkapan "tanpa tanda jasa" yang sangat dalam. Dari ungkapan tersebut, bisa dilihat bagaimana proses Bu Prani selama mengajar dan mendidik murid-muridnya dengan baik serta penuh kepedulian. Tak hanya itu, lembutnya perasaan Bu Prani sebagai seorang guru juga tidak melupakan kewajiban dan rasa sayangnya sebagai seorang ibu dan istri.
"Budi Pekerti" mengangkat isu yang cukup sensitif di era saat ini, yaitu kepopuleran dan sisi gelap dari teknologi internet. Saat ini, keadaan di mana seseorang menjadi populer dan viral membuat ia merasa bangga atas apa yang telah dilakukan. Meraup keuntungan dan menyandang posisi populer, dijadikan sebuah tren dan prestasi oleh generasi saat ini. Tak peduli apakah perbuatannya akan merugikan hidup orang lain. Itulah yang dilakukan oleh beberapa tokoh dalam film ini.
Sebagai penonton, aku sangat "jatuh" ke dalam plot ceritanya. Konflik yang disajikan benar-benar kompleks dan seakan tak ada habisnya. Penyelesaiannya pun beragam dan sangat realistis saat menggambarkan tindakan yang akan dilakukan. Ke-realistis-an itu pun tak hanya tampak dalam plot cerita, tetapi juga dari efek suara. Seperti dalam adegan telinga yang disumbat agar tidak mendengar kebisingan di sekitar, efek suara yang diberikan juga menerapkan penggambaran tersebut.
Berlatar tempat di daerah Jawa Tengah, bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa Jawa. Hal ini semakin menambah kesan realistis bahwa kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam film tersebut ada di sekeliling kita. Akting dan peran dari aktor serta aktris dalam film ini pun patut diacungi jempol, karena sangat mendalami karakter dan berbahasa Jawa yang cukup fasih, terutama dalam logat dan aksen yang digunakan.
Namun, sangat disayangkan, seperti tidak ada kelanjutan dari penyelesaian konflik yang telah ditampilkan. Seakan-akan Bu Prani hanya bisa pasrah dengan keadaannya dan mengundurkan diri dari sekolah. Padahal menurutku, konflik yang dibangun dari awal film sudah cukup bagus dan menggambarkan kenyataan saat ini. Tetapi, penyelesaian klimaks di penghujung film membuatku merasa belum puas. Overall, film "Budi Pekerti" sudah cukup berani menyuarakan sisi gelap dari internet di masa kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar