"Dunia ini lucu, Pandu. Yang putih kelak akan hitam, yang suci pun habis dilalap api, Pandu." - Askar
⭐ Rate : 8,2/10
Puas banget sih diriku melihat ketampanannya Arya Saloka di sini sampe akurebutan sama ibuku. Diriku bisa bilang, film kedua dari "Sayap-Sayap Patah" ini genrenya lebih ke drama dibanding laga/action. Tidak seperti film pertamanya yang lebih condong ke genre laga/action. Jadi, film ini merupakan alur lanjutan dari film sebelumnya, tapi fokus ke drama keluarga Abu Askar (Leong/teroris) diperankan oleh Iwa K dan anaknya + Pandu (Arya Saloka) dan anaknya. Di kredit film tertera bahwa film kedua ini terinspirasi oleh kasus bom yang terjadi di Samarinda pada tahun 2016. Kasus tersebut merenggut nyawa seorang anak kecil bernama Intan Olivia Banjarnahor. Dalam filmnya sendiri, Olivia merupakan anak dari seorang anggota Densus 88 bernama Pandu. Pandu menjadi single parent karena istrinya telah meninggal dunia karena sakit dan itu cukup membuatnya sedih karena setelah kematian istrinya, ia tidak sanggup menemani Olivia setiap saat akibat tuntutan pekerjaannya.
Olivia biasanya dijaga oleh neneknya dan dibantu oleh seorang guru bernama Suri di sekolahnya. Karena kehilangan ibunya, Olivia menjadi sering berbicara sendiri, di rumah maupun di sekolahnya. Sehingga membuat Miss Suri khawatir dengan keadaan Olivia. Akibat rasa kekhawatiran itu lah, Suri menjadi dekat dengan Olivia dan menarik hati Pandu untuk menjadikannya istri. Yep, film ini full dengan drama keluarga. Begitu pun dengan keluarga Abu Askar. Setelah Abu keluar dari penjara karena perbuatannya di film pertama hingga menewaskan 5 anggota kepolisian, termasuk Aji (Nicholas Saputra), ia dijemput dan dibawa pulang oleh anaknya yang bernama Askar (Bio One).
Askar merasa tersiksa selama ayahnya di penjara, karena ia mendapatkan gunjingan dan perkataan yang menyudutkan bahwa ia adalah anak dari pelaku teroris. Tentu, Abu juga tidak hadir dalam fase terburuk anaknya. Askar merasa Abu tidak mampu menjadi sosok ayah yang baik sehingga ia mengurung ayahnya di rumah dan tidak boleh kontak dengan siapa pun. Di saat yang sama, terjadi ledakan di sebuah kafe di Jakarta Utara (mengingatkan penonton dengan insiden Bom Thamrin yang juga terjadi di tahun 2016). Askar sangat berharap bahwa ayahnya bisa kembali hidup normal, tapi harapan itu pupus ketika rumahnya didatangi oleh salah satu anggota "jaringan" yang bernama Wabil. Wabil menghasut Abu agar masuk ke jaringan mereka dan kembali menyebarkan "ajaran" sesat tentang surga. Biasalah, slogannya teroris kan gitu.
Film ini tuh tegangnya tetap ada kok, tapi ambience-nya agak kurang aja. Mungkin karena lebih condong ke arah drama keluarga dan romansa antara Pandu dengan Suri. Karakter Pandu juga digambarkan tidak bernyali besar seperti karakter Aji di film pertama. Yap, seperti yang kukatakan di awal, adegan laga atau action-nya kurang memuaskan. Tapi aku tetap merasakan tegang dan terkesima ketika melihat penggrebekan yang dilakukan oleh pasukan Pandu dan Sadikin. Dan aku juga menyayangkan pengembangan karakter dari Askar di sepanjang film. Ending dari film ini bener-bener bikin aku menangis, tapi ... terkesan dipaksa "selesai" dengan motif balas dendam dari Askar. Cukup menyedihkan latar belakang Askar ini, ya, guys. Diriku berekspektasi bahwa Askar bisa menjadi karakter yang dikembangkan sebagai anti-hero, namun malah memanfaatkan motif balas dendam. Terus juga, kenapa karakter Askar ini dibuat menjadi karakter yang labil? I mean, antara perilaku dengan perkataannya itu tidak sesuai. Tapi ya ... kapan lagi liat Bio One jadi karakter kasar dan "bergajulan"? Wkwk.
Menurutku eksekusi untuk ending-nya kurang pas, karena apa ya, karakter Olivia di film ini cukup cerdas, lho. Dia bisa mengetahui kalau ayahnya suka dengan gurunya sendiri dan bahkan di beberapa momen, tuh, ya, Olivia berusaha untuk "menyatukan" mereka. Anak sekecil itu juga tahu kalau ayahnya bisa modus ke gurunya. Tapi, ketika peristiwa naas itu terjadi, mengapa Olivia tidak mampu "mencium" hal mencurigakan saat di panggung? Padahal dia sudah mendengar bunyi "beep beep beep" dari bom yang sudah disembunyikan. Jika dia memiliki kepekaan tinggi, harusnya ia mampu mengetahui bahwa itu mencurigakan dan menjauhi wilayah panggung. Namun, karakter Olivia diatur untuk tidak peduli dengan hal itu dan tetap kembali ke atas panggung (padahal dia sudah turun).
Oh iya, film "Sayap-Sayap Patah 2: Olivia" ini juga nggak memperlihatkan adegan sadisme yang brutal dan nggak ada adegan dewasa kayak film pertamanya, ya, wkwk. Kalau di film pertama kan ada adegan dewasanya karena ya ... pemainnya Ariel Tatum dan Nicholas Saputra lagi. 🤣🙏🏻
Overall, film ini tetap aku kasih rating di atas 8 karena isu teroris yang diangkat masih relevan hingga saat ini. Plussssss, insiden itu bukan menjadi akhir tetapi malah baru permulaan dari suatu "jaringan" terorisme yang cukup besar hingga sampai ke luar negeri. Aku bakalan tetep nunggu garapan dari "Sayap-Sayap Patah 3", hehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar